Rabu, 03 April 2019

Dear Calon Imam


Oleh: Pipit Era Martina

Rintikan derai hujan yang menyejukkan, tak pula memberikan kesejukan dalam jiwa. Ada kelam di dalamnya, ada titik hitam penyesalan yang menggumpal dalam angannya dan ada buliran airmata yang tak kunjung usai berderai. Kataku, hati ini tak ‘kan pernah terbuka hanya untuk engkau belahan jiwa. Namun faktanya, hati terpaut dengan jiwa lain. Jiwa yang tak semestinya bercengkrama disini. Bukan ku ‘tak menjaga, tapi hati tak sekuat baja untuk memerangi rasa dan Iman tak sekuat Nabi Sulaiman, hingga cinta tak kujaga kesuciannya. Kataku, citaku memberi keutuhan cinta hanya untukmu. Namun nyatanya keutuhan cinta tak ku jaga dengan kesungguhan. Keyakinanku akan perjuanganmu memupuk Iman membuatku kian temaram. Layakkah aku berharap kebaikanmu? Sedang hati tak lagi bersayap utuh? Layakkah hati menerima kebersihan hatimu? Sedang hatiku tak lagi seperti dulu.


Membenahi diri, memantaskan diri, memperkuat jiwa tak pernah ku lupa. Berharap hati hanya akan terbuka untukmu. Mengukuhkan raga, memperdalam agama dan berjuang menuju gelar shaleha selalu ku jaga, berharap senyummu ‘kan mengembang mendapatiku. Meski hati sedetik singgah ke lain hati, ku harap denganmu hati ‘kan kembali sempurna lagi.

Aku bukan siapa-siapa yang pantas untuk dibanggakan, pun bukan wanita yang lahir dari rahim ketaatan, tapi percayalah kusanggupi taat menyemai cerita cinta bersamamu. Aku wanita yang buta akan indahnya agama, berharap bersamamu kan ku tatap nyata keindahan agama. Aku tuli akan syahdu gema cinta-NYA, bersamamu ku harap kan mendengar jelas gema-NYA hingga bergetar jiwa. Aku bisu, tak dapat menorehkan cinta-NYA dalam sebuah kata, bersamamu kuharap kataku kan mengalir seindah cintamu dan cinta sang pemilik cinta.

Meski hati tak lagi terkunci, percayalah bahwa aku tak pernah henti perbaiki diri. Tak pernah henti ku belajar memantaskan diri bersanding denganmu, yang kuyakin penuh dengan balutan ilmu jua penuh dengan balutan cinta dan kasih-NYA. Kuharap, do’amu tak henti untukku, agar hati ini tak lagi singgah selain hatimu. Hingga tiba waktunya dirimu datang menjemputku. Agar jiwa ini terus bertahan dalam belenggu hati hingga tiba masanya dirimu hadir menghiasi. Agar cinta ini terus terjaga hingga tiba masanya cintamu datang dengan untaian kata di depan orang tua. Tetaplah bertahan, hingga tiba masanya kita dipersatukan dalam pelaminan.

Pun aku disini tak ‘kan henti berdo’a agar cinta ini selalu terjaga hingga tiba masanya berlabuh dalam dekap ragamu. Agar hati ini tak lagi jatuh pada hati yang lain selain hatimu. Kuharap hatimu tak lelah dalam berdo’a, hingga tiba masanya hati terajut dalam buaian Ridha-NYA. Tinggi harapku agar Allah indahkan cita yang selama ini kulambungkan lalui do’a. Dan tinggi pula harapku agar hati ini kan bersemi indah dalam dekap mesra do’amu. Untukmu, calon Imamku temui aku dalam Tahajudmu dan dekap aku dalam untaian do’a panjangmu. Kuharap angin kan sampaikan pintaku, agar hatimu tak henti melambungkan do’a untukku. Hingga tiba masanya tahajudmu dan tahajudku menjadi tahajud kita.

Sekincau, 03 April 2019

Tidak ada komentar: