Serangan Pra_Nikah
Oleh : Pipit Era Martina
#Part 1
Semerbak bau
melati memenuhi ruang tamu, angin sepoi-sepoi beriringan mendendangkan nyanyian
kebahagiaan. Jentik-jentik manis meliuk memperlihatkan keindahan lukisan hena, hiruk
pikuk yang sedari tadi meramaikan telinga justru membuat hati semakin serasa
sepi.
“kapan
nikah?” ahh lagi-lagi ini yang kudapati.
Selamat kamu berhasil jadi muslimah nyebelin
yang selalu mengajukan pertanyaan ini, ini dan ini lagi. Secuil pertanyaan yang seketika
memekikkan rongga dada, menusuk hingga ke dasar perhentian kata cinta. Tau
nggak sih? Pertanyaan seperti ini bagai sambaran petir di siang bolong.
Setiap menghadiri
acara pernikahan yang di
tanya “kapan
nyusul ?”
hadiri acara aqiqah di tanya
lagi “kapan nikah ?” Hadiri reunipun
selalu di tanya perihal pasangan, ahh rasanya inginku berkata kasar, namun apa daya
bibir enggan berucap. Hanya di satu tempat dimana tidak sama sekali ku dapati
pertnyaan “kapan”, kamu tahu dimana itu? Yaaa... dimana lagi kalau bukan di
pemakaman, adakah aku diizinkan untuk bertanya disini? “Kapan kalian mati?”
Ricuh suara burung
pipit sedari tadi membuat buyar angan-angan tentang masa depan, membuatku ingin
berdiam dalam sangkar agar suaraku tak terdengar. Menceritakan kerinduan pada
awan yang terus berlarian, layaknya hatiku yang kian berlari mencari cinta
sejati.
“beneran
ya kalau aku nikahan pada dateng” ujar nanin yang sedari tadi tersenyum tanpa sebab musabab.
“oke”
sahut ku, “ntar kalo nanin nikahan aku bawain sayuran satu mobil dari sekincau
khusus buat pernikahan nanin” imbuhku seraya menahan gelak tawa.
“yang
bener nanin mau nikah ?” Tanya jenjen
yang sedari tadi sibuk dengan kapas alcohol yang di gulung-gulung tak berujung.
“iya
beneran lah, lihat geh ekspresinya ketawa-tawa mulu, itu mimik muka bahagia
itu” candaku dengan mata melirik ke arah nanin yang sibuk dengan bayangan pernikahan
nya sembari tangan terus meliuk
melipat baju tak rapi-rapi.
“ihh
yang bener nanin? Sama siapa ?” jenjen
yang mulai kepo pasang muka 180% penasaran.
“beneran
jenjen, sudah siap semuanya itu dari bahan
kebaya sampe souvenir” ujar ku yang sengaja membuat kesal dengan selalu menjawab pertanyaan jenjen yang ternyata tak di indahkan oleh
nanin.
“beneran
jenjen!” akhirnya nanin buka suara, masih
dengan senyuman yang sedari tadi tiada usai.
“orang
mana nanin?” suara jenjen
yang semakin meningkat karena penasaran.
“sini,
sini aku kasih tahu siapa dan dimana calon nya nanin” lambaian tanganku
mengarah ke jenjen dengan
semangatnya.
“nggak
ah, nggak percaya aku sama kamu”ucap jenjen
yang tak juga bergeming dari tempat duduknya.
“ya
allah kok nggak percaya loh, beneran ini. Apapun yang mau kamu tahu tentang
nanin
Tanya sama aku, pasti nemu jawaban” selorohku yang masih dengan nada
sumringah.
“gimana
sih kalian ini, aku yang ngurus cathering nya masa nggak di kasih tahu, kelewatan
kamu orang ini yah” ucap jenjen
dengan nada yang sudah mulai sedikit kesal.
“hahahaha,
“ akhirnya tawa yang sedari tadi tertahan akhirnya tumpah
juga di ruang pengobatan yang hanya berisi kami bertiga.
“beneran
kok ni, aku mau nikah. Makanya itu cariin jodohku” kata nanin yang masih sambil
menahan gelak tawa.
“bukan
calon jodoh, tapi cariin mempelai laki-lakinya. Kalo jodoh mah dateng sendiri”
serobot ku.
“yah
basinglah apa itu namanya, yang pasti blom ada yang mau saya nikahin” kata
nanin yang sudah mulai berhenti tertawa.
“halagh,
ku pikir udah beneran ada calon nya. Kalo bener kan bisa nyiapin baju dari sekarang”tutur
jenjen yang sepertinya bernada sedikit
kecewa.
“ya
udah ada atau belom ada calon nya kan nggak ada salahnya kalo nyiapin semua
dari sekarang” ujarku dengan nada yang sok dewasa.
“iya
iya” anggukan nanin yang penuh dengan gaya sok misterius.
“bener
itu, apa salahnya loh kita nyiapin dari sekarang jadi ntar biar nggak stress
kalo udah deket-deket”nada jenjen
yang sudah kembali normal.
“bener
nanin, toh ujung-ujungnya ntar kita juga yang milih baju dan siapin segalanya,
pihak laki kan tinggal mengimbangi aja to” ujarku yang masih dengan gaya sok
tahu.
“iya
besok kita cari bahan kebaya nya yah, sekalian sama souvenirnya” kata nanin
dengan mimic yang nggak serius banget.
“hahahaha”
tawa kembali pecah seiring terdengarnya adzan maghrib.
Note : Tulisan ini dibuat di Lampung pada 06 Juli 2016, Just Ordinary Chit Chat..