Sabtu, 31 Maret 2018


Serangan Pra_Nikah
Oleh : Pipit Era Martina
#Part 1

Semerbak bau melati memenuhi ruang tamu, angin sepoi-sepoi beriringan mendendangkan nyanyian kebahagiaan. Jentik-jentik manis meliuk memperlihatkan keindahan lukisan hena, hiruk pikuk yang sedari tadi meramaikan telinga justru membuat hati semakin serasa sepi.

“kapan nikah?” ahh lagi-lagi ini yang kudapati.
Selamat kamu berhasil jadi muslimah nyebelin yang selalu mengajukan pertanyaan ini, ini dan ini lagi. Secuil pertanyaan yang seketika memekikkan rongga dada, menusuk hingga ke dasar perhentian kata cinta. Tau nggak sih? Pertanyaan seperti ini bagai sambaran petir di siang bolong.

Setiap menghadiri acara pernikahan yang di tanya kapan nyusul ? hadiri acara aqiqah di tanya lagi “kapan nikah ? Hadiri reunipun selalu di tanya perihal pasangan, ahh rasanya inginku berkata kasar, namun apa daya bibir enggan berucap. Hanya di satu tempat dimana tidak sama sekali ku dapati pertnyaan “kapan”, kamu tahu dimana itu? Yaaa... dimana lagi kalau bukan di pemakaman, adakah aku diizinkan untuk bertanya disini? “Kapan kalian mati?”

Ricuh suara burung pipit sedari tadi membuat buyar angan-angan tentang masa depan, membuatku ingin berdiam dalam sangkar agar suaraku tak terdengar. Menceritakan kerinduan pada awan yang terus berlarian, layaknya hatiku yang kian berlari mencari cinta sejati.

“beneran ya kalau aku nikahan pada dateng” ujar nanin yang sedari tadi tersenyum tanpa sebab musabab.
“oke” sahut ku, “ntar kalo nanin nikahan aku bawain sayuran satu mobil dari sekincau khusus buat pernikahan nanin” imbuhku seraya menahan gelak tawa.


“yang bener nanin mau nikah ?” Tanya jenjen yang sedari tadi sibuk dengan kapas alcohol yang di gulung-gulung tak berujung.
“iya beneran lah, lihat geh ekspresinya ketawa-tawa mulu, itu mimik muka bahagia itu” candaku dengan mata melirik ke arah nanin yang sibuk dengan bayangan pernikahan nya sembari tangan terus meliuk melipat baju tak rapi-rapi.
“ihh yang bener nanin? Sama siapa ?” jenjen yang mulai kepo pasang muka 180% penasaran.

“beneran jenjen, sudah siap semuanya itu dari bahan kebaya sampe souvenir” ujar ku yang sengaja membuat kesal dengan selalu menjawab pertanyaan jenjen yang ternyata tak di indahkan oleh nanin.
“beneran jenjen!” akhirnya nanin buka suara, masih dengan senyuman yang sedari tadi tiada usai.
“orang mana nanin?” suara jenjen yang semakin meningkat karena penasaran.
“sini, sini aku kasih tahu siapa dan dimana calon nya nanin” lambaian tanganku mengarah ke jenjen dengan semangatnya.

“nggak ah, nggak percaya aku sama kamu”ucap jenjen yang tak juga bergeming dari tempat duduknya.
“ya allah kok nggak percaya loh, beneran ini. Apapun yang mau kamu tahu tentang nanin 
Tanya sama aku, pasti nemu jawaban” selorohku yang masih dengan nada sumringah.
“gimana sih kalian ini, aku yang ngurus cathering nya masa nggak di kasih tahu, kelewatan kamu orang ini yah” ucap jenjen dengan nada yang sudah mulai sedikit kesal.
“hahahaha, “ akhirnya tawa yang sedari tadi tertahan akhirnya tumpah juga di ruang pengobatan yang hanya berisi kami bertiga.

“beneran kok ni, aku mau nikah. Makanya itu cariin jodohku” kata nanin yang masih sambil menahan gelak tawa.
“bukan calon jodoh, tapi cariin mempelai laki-lakinya. Kalo jodoh mah dateng sendiri” serobot ku.

“yah basinglah apa itu namanya, yang pasti blom ada yang mau saya nikahin” kata nanin yang sudah mulai berhenti tertawa.
“halagh, ku pikir udah beneran ada calon nya. Kalo bener kan bisa nyiapin baju dari sekarang”tutur jenjen yang sepertinya bernada sedikit kecewa.

“ya udah ada atau belom ada calon nya kan nggak ada salahnya kalo nyiapin semua dari sekarang” ujarku dengan nada yang sok dewasa.
“iya iya” anggukan nanin yang penuh dengan gaya sok misterius.
“bener itu, apa salahnya loh kita nyiapin dari sekarang jadi ntar biar nggak stress kalo udah deket-deket”nada jenjen yang sudah kembali normal.
“bener nanin, toh ujung-ujungnya ntar kita juga yang milih baju dan siapin segalanya, pihak laki kan tinggal mengimbangi aja to” ujarku yang masih dengan gaya sok tahu.

“iya besok kita cari bahan kebaya nya yah, sekalian sama souvenirnya” kata nanin dengan mimic yang nggak serius banget.
“hahahaha” tawa kembali pecah seiring terdengarnya adzan maghrib.


Note : Tulisan ini dibuat di Lampung pada 06 Juli 2016, Just Ordinary Chit Chat..

Terjebak Cinta Sendiri
by Pipit Era Martina

Hey cinta, coba dengarkan kicauan burung itu, tidakkah kau dengar ia mendendangkan syair kerinduan?  Mengepakkan sayap hingga ke awan, melihatkan pada dunia bahwa ia cukup bahagia bersama senja. Tidakkah kau tahu bahwa aku malu? Malu pada senja yang sedari tadi menatap pilu. Mencaci ku dengan sinarnya, seakan tahu pasti disini aku tengah dilanda rindu.


Aku merindu tanpa kau tahu, aku mencinta tanpa kata, seolah cinta tak sudi dimiliki bersama. Timbul beribu tanya dalam dada, akankah cintaku bermuara? Melibatkan hati bukanlah mauku, menciptakan cinta, aku bukanlah ahlinya. Namun pada kenyatannya aku terjebak dalam lingkaran semu bernama cinta.

Bisakah kamu memandang bintang berkedip di malam hari? Tidakkah kamu lihat ia bersinar bersamaan? Jejakmu menjadi benderang karena cahayanya bukan? Dan tatapmu menjadi tak buram karena senyum darinya. Sedang aku? Disini meraba jejak cintamu yang tak kunjung kudapati. Benarkah hanya sendiri? Mencumbu bayangmu yang semu dan menafsirkan rasamu. Menyebalkan bukan?

Kamu tahu apa yang paling aku takutkan? Mencintamu dalam diam tanpa balasan, merasa aman denganmu namun tak kau hiraukan dan melabuhkan rasa namun tak pernah kau anggap nyata. Ohh Tuhan, inikah yang dinamakan cinta? Merasa mencinta namun tak dicinta, merasa rindu namun tak dirindu, merasa memiliki namun dianggap tak berarti.

Sapaan senja di sore hari mampu membius naluri, meremas rasa dengan hembusan pancarnya. Membuat detak sejenak menebak, mungkin hati begitu lemah tak bernadi hingga mudah terjatuh dalam lubang emosi. Kau tahu? Kini hariku serasa tak berarti, bunga-bunga emosi menguasai diri, hanya denganmulah ketenangan ini mampu kudapati. Tidakkah kau sadari?

Lubang cemburu ini kian menjadi, hingga tak sanggup kuatasi lagi. Namun apa daya, nadikupun tak sudi lagi membantu hati ‘tuk mengontrol imajinasi. Dapatkah kau pertanggung jawabkan semua ini? Sedang bayangmu selalu hadir tanpa kupinta dan kata-katamu kian menggema di pelataran telingaku. Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan?

Ketika hujan tak lagi menyejukkan, baru kusadari ternyata hatiku telah mati terpatri oleh bayang-bayangmu.  Ketika embun tak lagi membasahi baru kutahu cintamu tak pernah nyata untuk ku. Terjebak dalam cinta sendiri cukup menyadarkan hati, bahwa cinta tak bisa sendiri. Kini, kupasrahkan diri, semoga suatu hari kau mengerti betapa aku mencinta belai kasihmu.

Malang, 31 Maret 2018

Jumat, 23 Maret 2018


Surat Kecil Untuk Jodoh
by Pipit Era Martina


      Hey kamu, iya kamu. Kamu yang kelak akan menemani tangis dan tawaku, sedang apa disana? Masihkah merinduku dalam do’a? Masihkah merapalkan wujudku dalam bayang? Jika iya, coba kau tatap langit dan bicara padanya, agar awan mau menuntunmu menemuiku.

Kau tahu? Aku disini selalu melukismu dalam angan, menafsirkan kelembutanmu dan menerjemahkan rasamu. Berharap bintang membisikkan kata bahwa imajinasiku benar tentangmu. Kamu yang terlukis indah dengan kesederhanaan namun kaya akan kelembutan, kamu yang tampak elok dengan iman yang kau genggam. Sungguh, imajinasi tentangmu memenuhi ruang khayalku.

Diksiku seakan melayang jauh ke angkasa, menerbangkan cinta yang lama terpendam dalam raga. Akankah angin sampaikan padamu? betapa aku merindu wujudmu. Maaf jika khayalku teramat tinggi tentangmu, bukan aku inginkan kau bertokoh sempurna hanya saja aku haus akan rasa yang tak pernah kurasa nyata.

Bisikan angin malam yang menentramkan seakan memelukku dengan sejuta keyakinan bahwa anganku tentangmu itu nyata. Bahkan dedaunpun seolah mengiyakan tatapku, ia melambai beserta senyum yang menggembirakan. Kamu... Lihatlah ketika bulan mulai memberi cahaya, tidakkah kau lihat aku melambai rindu padamu?


Kau tahu siapa aku? Mungkin kau berpikir aku sosok yang sempurna hingga melukismu sedemikian rupa, tapi kau salah jika melintasi pemikiran itu. Aku hanyalah sosok sederhana dengan berjuta kekurangan dan tak terhitung keburukan. Yahh kebaikan yang kumiliki mungkin tak ada sebanding dengan ketulusanmu. Terlebih lagi soal iman, ahh aku begitu malu untuk mengutarakan bahwa imanku sangat lemah sekali.

Teruntuk  jodohku, kuharap kehadiranmu akan menghidupkan diksiku, meramunya menjadi sesuatu yang indah untuk terus di telusuri. Mampu menghidupkan cahaya di tengah kegelapan malam dan menuntunku pada jalan keindahan.

Suatu saat nanti di saat hatimu mulai tergerak menggapai jemariku, tolong jangan sekalinya kau regangkan. Genggam erat jemari dan hatiku, seburuk apapun mereka menilaiku tolong tetap berdiri disampingku dan percaya padaku. Serendah apapun mereka menjatuhkan, jangan pernah kau hempaskan jemari dan patahkan hati. Percayalah hanya padaku, karena mereka tak pernah benar-benar mengenalku.

Percayalah, aku menjaga diriku hanya untuk kuperkenalkan denganmu. Aku menjaga hatiku hanya ingin kupersembahkan teruntukmu, meski di masa lalu hatiku pernah singgah pada yang lain. Namun yakinlah, saat ini kuutuhkan hati hanya untuk melengkapimu dan mengapitmu dalam genggam erat cintaku.

Maaf jika membuatmu kecewa, t’lah meluluhkan bongkahan hati pada dia sebelum kamu. Bukan aku tak ingin menjaga, namun aku tak tahu siapa jodohku. Sedetikpun tak pernah kurelakan hatiku terbuai oleh orang lain selain kamu, namun faktanya takdir berkata lain. Kutemukan setitik cahaya pada liriknya, yang kupikir pelabuhan terakhirku.

Dalam hati menjerit pilu, membayangkan rautmu semu melempar kecewa. Kuharap bintang kan membantuku luluhkan hatimu, hingga kau ikhlaskan setitik hatiku yang t’lah terbuai sebelumnya. Ketika saat itu tiba kuingin masuk dalam tatapmu, tuk membuktikan keutuhan hati yang t’lah ku tata kembali.

Kamu... Cakapku mungkin tak mulia, akhlakku mungkin belum berbunga, akan tetapi yakinilah cintaku bermekaran bagai sakura di pelataran hatimu. Wujudku memang jauh dari kata sempurna, tapi percayalah cinta yang kuramu lebih dari kata sempurna untuk menyempurnakan rasamu.

Teruntuk jodohku, bacalah hatiku dengan segenap rindumu, terjemahkan anganku dengan ketulusanmu dan tafsirkan tuturku dengan segala ketabahanmu. Ku harap kelak kamu kan mengerti sejauh mana aku merangkaimu, seluas mana aku menggambarkanmu dan setinggi apa aku mengharapmu.

Malang, Rabu 23 Maret 2018

Rabu, 21 Maret 2018

Tuhan, Izinkan Aku Jomblo
by Pipit Era Martina

You know? Jomblo itu terhormat, jomblo itu sehat dan membuatmu terlihat hebat. Why? Karena kamu mampu berjalan sendiri di keramaian dan menunjukkan pada dunia bahwa kamu bisa tanpa sosok dia. Sejatinya, jomblo itu nggak nurunin harga kehebatan kamu ko. Justru menaikkan harga jiwamu yang utuh tertata rapi dalam penantian.

Aku tahu, mengelakkan rasa itu bukan perkara mudah, butuh usaha yang keras untuk mengalihkannya menjadi motivasi. Dalam hati akupun ingin menjerit, mengatakan pada awan bahwa aku jatuh hati. Tapi apalah daya, tekadku tak’kan ku ganggu gugat, mewujudkan harap menyempurnakan diri dengan kesendirian. Mengutuhkan hati hanya untuk dia yang tertulis dalam takdirku.


Aku hanyalah manusia biasa yang miliki sejuta rasa dalam jiwa, memaksanya untuk memenjarakan cinta tak semudah katak berpindah tempat. Haruskah aku menutup mata dan telinga dari teriakan kata hati sendiri? Atau memutuskan rasa agar tak terjerumus kedalamnya?

Tuhan, izinkan aku jomblo. Karena seutuhnya diriku ingin kupersembahkan hanya untuk dia yang kini kau jaga apik dalam penantian. Kukuhkan hatiku dalam perjuangan, menyimpan cinta yang tak seharusnya bermuara belum pada waktunya. Dalam hening sujudku, ku meminta agar hatiku tak tergoyah oleh rayuan cinta yang kian menggema dalam dada, yang mencegah mata memandang jauh ke depan.

Tuhan, aku mengerti akan rasa yang kian menggonggong, namun izinkan aku untuk menghantamnya jauh dari pandangan. Bukan aku tak ingin, namun harapku terlalu indah untuk tergoyah hanya karena sebuah rasa yang aku sendiri tak mampu menafsirkannya.

Menerjemahkan anganku butuhkan tenaga yang tak biasa, mana mungkin ku patahkan dengan rasa yang masih semu penuh imajinasi. Menghempas jabat cinta memang menyakitkan, namun dayakupun tak tergerak untuk menerima dengan senyuman. Sanggupkah hati memaksa cinta dengan tekanan? Kurasa itu lebih menyakitkan.

Tuhan, satu pintaku. Bentangkan harapku hingga mampu menutupi rasa cinta yang belum pasti, luaskan tatapku hingga tak kulihat lagi bayang semu yang menghantui dan tuntun aku pada anganku, yang menjadikan langkahku tak tersesat karena cinta yang belum nyata.

Aku ingin sendiri bukan berarti hatiku mati, melainkan karena inginkan hatiku tertata rapi layaknya cinta sejati. Bukan berarti gema cintaku membisu yang membiarkanmu berhamburan di depanku, melainkan ku inginkan bisik syahdu menentramkan hati hanya teruntuk kekasih hati dan bukan pula rasaku tak’kan menjelma, namun rasa ini kan ku wujudkan dalam do’a dan bahagia yang nyata.

Tuhan, izinkan aku jomblo untuk saat ini saja, setidaknya sampai harapku menjadi nyata dan bahagiaku bermekaran hingga dengan sendirinya menerbitkan rasa berwajah cinta.

Malang, Selasa 21 maret 2018

Assalamu’alaikum Rindu
by Pipit Era Martina

Pagi yang berselimut embun serta sore yang bercumbu dengan senja membuatku bertanya akan seucap kata ‘rindu’. Bolehkah aku menyapanya? Bolehkah aku mendekat dan memeluknya erat? Di antara hujan yang terus membasahi dedaunan, aku kian meratap. Melukiskan kerinduan dalam angan, hingga mencoba menyemayamkannya dalam pelukan. Ahh, sebuah kata yang memaksaku dewasa.

          Pagiku selalu sama, disambut embun yang seolah menari bersama bunga yang bermekaran, yang seakan menertawai harapku. Terkadang aku malu pada belaian embun, seakan kudengar embun berkata kencang “mengapa masih kau genggam rindu tanpa ungkapan? Bangunlah manis, rindumu kan segera datang”.

          Bolehkah aku berbicara pada angin dan menitipkan rindu? Bolehkah aku terbang bersamanya dan memeluk rindu? Hingga jiwa tak lagi berkecamuk memperolok rindu yang tak kunjung temu harapku. Sungguh meluluhkan hati, mengukir rindu dalam lembar qalbu dan mencoretkan ribuan kata yang tak kunjung terpecahkan.

          Seperti barisan kata sederhana namun penuh makna, ya itulah rindu. Yang berhasil mencumbu qalbu dengan beribu rayuan semu, menutup mata dan telinga serta mebutakan jejak. Namun sayang, rindu yang ku teriakan kencang hanya melengking keras di telingaku.






           Assalamu’alaikum rindu, selamat datang di perhentian hati yang terkunci. Membuatmu tertahan lama disini. Namun lengking suaraku nyatanya tak kuasa mengolesmu dalam tutur kataku. Rindu, izinkan aku memenjarakanmu dalam genggaman jemari, hingga tiba waktunya  bayang anganku tak lagi semu.


          Sepenggal rindu terkadang membuatku tersipu. Bagaimana bisa rindu yang tak pernah kutemui mampu menggema kuat dalam degup jantungku? Seakan meruntuhkan pertahan nadiku. Ahh, rasanya ingin menenggelamkan wajah pada hujan agar tak ada yang tahu bahwa rindu ini nyaris menguasaiku.

          Cukup aku dan hatiku yang tahu betapa aku merasa rindu ini kian hebat berakrobat. Rindu yang selalu meraung-raung nyatanya hanya nyaring di telingaku saja. Rindu macam apa ini? Hatiku terus memaksa menggambarkanmu nyata, namun jemari masih saja bertekuk pada bayangmu.

          Rindu, bolehkah kau tampakkan wujudmu? Sekali saja, setidaknya membuyarkan pikir tentangmu yang semu. Rindu, Ajak aku berbincang sekali saja, biarkan aku tahu bahwa kamu pantas merobohkan hatiku. Rindu, izinkan aku memelukmu sedetik saja, agar gema jantungku mereda dan percaya bahwa kamu pantas menyita anganku. Rindu, bisakah kau jelaskan mengapa kamu hanya hidup dalam kotak khayalku? Tak bisakah kau menjelma dan mebuatku bahagia?

          Assalamu’alaikum rindu, meski terngiang semu aku sungguh ingin menyapamu. Entahlah, aku masih saja merindumu meski tahu kau hanya imajinasi belaka. Bisakah aku bercerai dengan kata rindu? Sulit bukan? baiklah, kan kubiarkan saja rindu ini terus menggebu hingga tiba saatnya rindu ini benar-benar bermuara dalam lautan cinta. Bukan hanya diksi yang menyelimuti imajinasi dan bukan hanya khayal tak bermoral.

Kataku tak’kan pernah habis untuk menceritakanmu dan lidahku kan terus berlaju memujimu. Dengan segenap imajinasi aku menunggumu duhai rindu, menunggu dekap nyatamu dalam hidupku dan menunggu sapamu yang mempesona.

Malang, Selasa 21 Maret 2018

Selasa, 20 Maret 2018



Antara Takut dan Cinta
By: Pipit Era Martina



  
Semudah petani memetik padi, semudah itupula cinta tumbuh dan bersemi. Menggerogoti relung hati tanpa permisi, mengecohkan tatapan membuyarkan harapan. Dan ketika bayang takut mulai menghadang, disaat itu pula seolah gerak terpaku pada satu waktu dan  memutus rasa tanpa kata.

Duhai hati yang telah menunggu Cinta pasti, disini kucoba lambungkan kata maaf yang tak berjumlah. Membuatmu menunggu bukanlah mauku, membuatmu gundah bukanlah harapku, namun takut menyelimuti qalbu.

Takut akan cinta yang menyanjung sakit, takut akan runtuhnya jiwa saat berjumpa cinta dan takut akan cinta yang semu tak nyata.Mencoba mengukuhkan hati yang sesaat mati ternyata tak semudah memetik padi.

Disini, kucoba memahami hati yang masih terkunci, meyakinkan diri akan sebuah rasa yang telah terukir indah di atas sajadah. Semarak hati mencoba kalahkan bimbang, namun ciptakan cinta tak semudah melambungkan kata. Hati ini menjerit menangisi keadaan, membelenggu rasa dengan ketakutan, memenjarakan cinta dalam angan yang tak kunjung temui kejelasan.

Di sepertiga malam kucoba  merayu sang pemilik cinta untuk mengukuhkan hati, memusatkan pikiran hanya tentang kesetiaan serta melukiskan bayang-bayang elok dalam angan masa depan. Memecahkan teka-teki hati yang pernah patah rupanya tak semudah memetik melati. Menebarkan sebuah nama pada semesta mungkin mudah, namun melekatkan dalam hati miliki kesulitan yang tak mudah tuk di atasi.

Teringat satu ucap, dimana kelebihan  menyempurnakan kekurangan. Seketika itu jantung berhenti berdetak,semua kata bagai hilang di telan berjuta angan. Sedetik semua berubah menjadi  manis, senyum simpul tergerak tanpa sadar, degup kencang kembali meramaikan hati, ingin rasanya melangitkan suara saat itu juga. Apakah ini nyata? Atau lagi-lagi hanya angan dalam bayang.

Antara takut dan cinta seolah berlomba memenangkan hati. Di satu sisi mendamba hati yang berselimut cinta namun di sisi lain ketakutan akan hancurnnya sebuah harap menganga di depan mata. Timbul tanya dalam rasa, adakah cinta tanpa takut? Mungkinkah cinta diizinkan bersemi tanpa rapuh?

Sekedar angan kecil, akan ada kamu yang membawa rasa bermutiara tulus, menghapus semu dengan halus. Merobohkan takut dengan tegas dan menghanyutkan bimbang dengan tenang, rasa yang benar-benar nyata, bukan sekedar nafsu belaka. Meyakinkan akan adanya kesempurnaan cinta dan ketulusan hati tanpa ada yang tersakiti.

Teruntuk Aku & Kamu, semoga takut yang mengiringi cinta mampu menembus cakrawala, memecah rasa dan menyemayamkan hati bersama mentari. Hingga cinta benar-benar hadir tanpa takut dan berjuta keraguan, melainkan bergelimang ketulusan dan ribuan senyum kebahagiaan.

Malang, Selasa 21 Maret 2018