Senin, 13 Agustus 2018

Kudapati Mentari di Kediri
By : Pipit Era Martina

Lembutnya hujan yang membelai dedaunan, nyatanya tak pula sampai pada hati yang berserakan akan rasa yang berkerumun mencekik akal. Teriknya mataharipun tak mampu melelehkan pola cerita luka yang kubawa, akankah bersemi hingga pagi tak lagi bernyanyi? Kupu-kupu yang mengepakkan sayap dengan bebasnya membuatku cemburu, dengan cantiknya menghampiri bunga mekar di bawah rindang kesejukan. Tatap cantik langit kian membuat hati meratap, menatap jauh tak beratap, akankah berujung taat pada satu yang terikat?

Yahhh, semua semu berselimut kelabu tak menentu, membuat langkah kian meragu akan terangnya mentari. Bagai pelangi terbit ditengah terik, kemustahilan mencumbu pikiran dengan nikmatnya.  Membayang menari diatas altar kebahagiaan seolah hanya khayalan tanpa pembuktian, berjuta tanya memenuhi ruang jiwa, akankah mentari hadir dalam hati untuk saat ini?

Dan seketika Allah merubah semua jalur pemikiran, menarik hati, meluncurkan simpati pada diri sendiri, mencoba tunjukkan bahwa dunia memihak. Menciptakan mentari ditengah kebisingan hati, meletakkan mutiara pada jiwa yang sempat terluka, terbawa arus tak bernyawa. Tak terkira, kemustahilan itu terpampang nyata didepan mata, keinginan yang seolah tak mungkin, terwujud apik disini, Kediri. Banyak cerita hanya untuk singgah di kota yang jauh dari tatapan mata, melampaui tapak airmata, menjelajah jejak tawa hingga pada akhirnya kaki berpijak disini, Kediri.


Mentari yang bersinar ketika hujan membasahi menjadikan luka seketika tertutup, membuang rasa kecewa, memberikan kebebasan pada dunia untuk mengantarku pada bahagia yang nyata. Mengajarkan ilmu bahwa mentari pasti kan terbit, tanpa diminta, disaat kita berada pada titik putus asa atau pada saat bahagia menguasai raga. Percaya akan satu hal, embun yang senantiasa menyejukkan tak kan pernah melukai daun, begitupun dunia yang mempesona takkan membiarkan penghuni terluka karenanya. Meski seringkali hujan merusak pepohonan, namun bumi tak pernah menyerah untuk membuatnya kembali berdiri dengan pernak pernik cintanya. Dan sesering apapun kita mengeluh, mentari tak pernah luput dari kehadirannya, merubah luka menjadi tawa dan merubah airmata duka dengan cinta yang tak biasa.

Tapak singkat yang menjejak di Kediri, berhasil ciptakan generasi baru dalam diri, membungkus apik goresan hati yang tersakiti dan merubah hati kembali suci. Kudapati titik mentari di Kediri, bersahut cahaya di tiap senja, menyemarakkan cinta di tiap harinya dan menebarkan kasih di sejarah waktunya. Kini, rembulan bukan hanya sebagai penerang jejak akan tetapi menjadi pencahaya di tiap sudut ruang. Kemerlip bintang menjadi saksi, kediri ialah kota yang menjadikan hati kembali tersinari, menetapkan diri pada cinta Illahi yang haqiqi. Dan matahari sampaikan senyum bahagia, ketika jemari tak lagi berdusta menyuarakan Asma-NYA di tiap detik yang terlewat. Hingga malampun memeluk dengan hangat, seakan menyemarakkan cinta yang terbalut indah bersama takdir cerita Hijrah.

Kota terkenang, Kediri...⧪⧪⧪⧪৻⧪

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Maa syaa ALLAAH... Kata2nya rekk... Mentari mentari yg kini menari nari

Unknown mengatakan...

Maa syaa ALLAAH... Kata2nya rekk... Mentari mentari yg kini menari nari

Pipit Era Martina mengatakan...

HHHheeee iya kak, bagaimana menurut kakak?