GARA-GARA DISCOUNT
(Kisah
true story, hijrah yang tak di sengaja)
Oleh
: Pipit Era Martina
Berawal dari keisengan
yang bermula karena kekesalan, Allah menunjukkan jalan untuk saya melangkah
sedikit lebih baik. Ya, saya memutuskan untuk mengenakan pakaian serta jilbab
yang lebar. Bukan karena keinginan, melainkan bermula dari kekesalan. Kekesalan
apa? Kekesalan karena sering kali mendapat nasihat yang hampir selalu senada
dari seorang akhwat mengenai jilbab yang saya kenakan. Jilbab yang modis penuh
dengan accesories, penuh dengan gaya dan jarum tentunya. Entah angin apa yang
membuat dia tak pernah lelah memberi sedikit demi sedikit penjelasan tentang
jilbab yang sebenarnya. “Yuk Ukhty, pelan-pelan pakai jilbabnya jangan di
lilit-lilit yah” nasehatnya melalui inbox facebook. “Na’am ukhty, InsyaAllah”
jawabku dengan sedikit bergumam dalam hati, “Itu kan cantik, kenapa musti di
rubah. Itu kan modis, ah dia nggak tahu mode kali yah”.
Tepatnya bulan Ramadhan
tahun 2014, mendekati kesibukan menjelang hari raya Allah beri celah menuju
hijrah melalui discount hijab syar’i yang terpampang di beranda facebook. Entah
kebetulan atau mungkin sudah takdir Tuhan, akun tersebut berada di paling atas
beranda. Sedikit menaruh ketertarikan dengan discount yang di tawarkan,
akhirnya saya order jilbab dengan ukuran super, 150 x 150. Tak mudah bagi saya
merubah model hijab dari lilitan menjadi lipatan, melebarkan hijab yang
sebelumnya nyaris membentuk lekuk tubuh serta merubah gaya berpakaian menjadi
ala-ala wanita muslimah yang senantiasa memakai gamis dan meninggalkan
pemakaian celana.
Santunan anak yatim yang
di adakan pada penghjung bulan Ramadhan tak pernah di sangka akan menghadirkan
sebuah kenyamanan dalam diri. Dengan bersusah payah mengenakan jilbab yang kata
orang lebih mirip ‘Alas meja’ itu, ternyata berbuah manis. Banyak di antara
sahabat yang bilang “Kamu terlihat indah dengannya”. Jilbab hitam polos dengan
ukuran 150 x 150 itu terpasang sedikit berantakan namun mengesankan bagi yang
melihatnya dan tanpa mereka tahu, bahwa itu begitu menentramkan dan terasa
begitu nyaman di kenakan.
Orang tua yang merasa
heran, serta adik yang justru bergurau dengan jilbab yang kemudian ia kenakan
sebagai selimut, tidak sama sekali menyinggung perihal perubahan yang nyaris
180⁰.
Hanya saja pandangan terkejut yang nyata terlihat di masing-masing wajah
mereka. Keanggunan yang tiba-tiba terpancar dari sudut jilbab syar’i yang saya
kenakan membuat hati semakin yakin untuk merubah penampilan menjadi lebih
tertutup.
Ternyata kenyamanan dan
ketentraman yang saya rasakan tidak berlangsung dengan baik, begitu banyak hal
yang harus di telan ketika memutuskan untuk mengenakan ‘Hijab syar’i’.
“Akhlakmu saja belum baik, kenapa sudah berani pakai hijab syar’i?”, sedih
sudah pasti dan rasa ingin kembali seperti dulupun muncul. Tapi ternyata Allah
tidak mengizinkan hal itu terjadi, seorang teman yang lainnya datang dan
mengatakan bahwa akhlak dan hijab adalah dua hal yang berbeda, jangan dengarkan
mereka dan tetap pada niat utama. Merubah insan menjadi wanita yang selangkah
lebih baik.
“Kamu masih gadis loh,
klo pake jilbab jangan kegedean”, ada apa dengan gadis dan hijab syar’i? Menurut
sebagian teman, dengan saya merubah penampilan menjadi syar’i akan berpengaruh
dengan pandangan dan rasa enggan mereka untuk mendekati, terutama kaum lelaki.
Menurutnya, wanita dengan penampilan yang sedikit syar’i akan membuat saya
kesulitan dalam mendapatkan jodoh. Entah apa yang menjadi landasan mereka
berpikiran seperti itu, padahal kala itu, salah satu alasan saya untuk berhijab syar’i adalah untuk
mendapatkan lelaki yang lebih baik, yang bisa membimbing saya dalam kebaikan
serta mengantarkan saya kepada surga-Nya.Ya, nampak jelas sekali tergambar di
raut wajah mereka, sedikit menaruh kecewa dengan perubahan yang tiba-tiba dan
dengan alasan tak jelas. Seolah mereka mengatakan bahwa mereka tidak rela kalau
saya yang bermodis dengan jilbab tak pernah simple itu berubah menjadi wanita
dengan hijab monoton dengan gaya itu, itu, dan itu lagi.
Entah berapa kali
bathin ini menangis karena ucapan yang begitu menyakitkan, namun Allah tak
pernah membiarkan saya terlunta-lunta dalam genangan air mata. Setiap kali ada
ucapan yang menyakitkan, saat itu pula datang ucapan yang menentramkan. Inilah
sebabnya saya bertahan dengan hijab yang saya kenakan sampai saat ini.
Tidak mudah merubah
statement orang terhadap apa yang kita lakukan, karena tak semua orang mau
mendengarkan penjelasan dan alasan yang akan kita utarakan. Sebagian orang
hanya menilai dari apa yang mereka lihat tanpa ingin tahu alasan di balik itu
semua. Pernah sekali saya mengenakn hijab warna hitam, dan saat itu ada orang
yang berucap bahwa saya sudah termakan oleh omongan teman yang menganut aliran
ISIS. Sedih, tapi mau bagaimana lagi? Membantahpun serasa tak memiliki
penjelasan yang cukup kuat untuk menentangnya, karena alasan saya mengenakan
hijabpun sedikit tidak masuk akal. Pada saat itu hanya Allah dan wanita-wanita
hebat yang bisa memahami apa yang saya alami.
Salah satu hal yang
membuat saya kian menancapkan keikhasan dalam berhijab, yakni dunia luar. Mata
liar yang ada di luar sana begitu mengerikan, kejahatan terhadap wanita bukan
lagi hal yang baru. Sebelum saya mengenakan hijab syar’i, saya mengenakan
pakaian yang membentuk lekuk tubuh, menyapu wajah dengan riasan yang mencolok dan
dengan balutan jilbab modis dengan trend masa kini, sungguh menjamu mata para
lelaki. Apa yang saya rasakan pada saat itu? Rasa bahagia karena merasa cantik
ketika berjalan sudah pasti, tapi ada sedikit rasa kekhawatiran yang
menyelimuti ketika berada dalam perjalanan. Ketika melewati sekerumpulan
lelaki, entah kenapa hati ini merasa ada ancaman bahaya dan merasa kesal jika
beberapa dari mereka mulai menggoda, meski sudah jelas, mereka seperti itu
bermula dari pesona yang dibuat oleh wanita itu sendiri.
Semua berubah ketika
saya menanggalkan pakaian sexy, rasa cemas yang selama itu menemani berubah
menjadi rasa nyaman. Jika dulu berjalan di antara para lelaki merasa cemas,
namun kini saya bisa tersenyum tenang ketika melewati mereka. Sungguh begitu
besar pengaruh hijab dalam kehidupan saya. Kini, mereka terlhat menaruh rasa
sungkan untuk sekedar menyapa, sedang dulu tiada rasa sopan sama sekali untuk
menggoda atau bahkan menuliskan niat jahat dalam benak mereka. Saya bahagia
ketika dalam perjalanan, mereka menundukkan kepala dengan ramah serta memanggil
saya dengan sebutan ‘Ibu’. Sebagian wanita muda mungkin merasa tersinggung
bahkan kesal ketika di panggil ‘Ibu’, tapi tidak bagi saya. Justru menjadi satu
tongkat keamanan bagi saya, dimana mereka menaruh setidaknya sedikit rasa sopan
dan enggan untuk sekedar menyapa. Alhamdulillah, sebutir pengalaman yang saya
alami sejak mengenkan hijab syar’i sungguh luar biasa. Meski saya akui, sampai
saat ini ilmu perihal Islam yang saya miliki belumlah sesuai dengan pakaian
yang saya kenakan. Hijab adalah kewajiban, dan sekarang ini saya sedang
berusaha untuk meluruskan niat berhijab dengan benar serta memperbaiki akhlak
yang masih jauh dari kata baik.
Tak perlu takut akan
kehilangan teman hanya karena diri merubah versi jilbab menjadi hijab, gaya
lilit menjadi lipat dan trendi menjadi syar’i, karena Allah selalu ada dan
teman yang seirama dengan kita itu lebih banyak dari apa yang kita tahu.
Berhijab tak perlu menunggu hidayah datang, karena hakikatnya kita yang
menjemput hidayah, bukan hidayah yang menghampiri. Jangan menunggu tua untuk
berhijab, karena usia tiada yang tahu. Tak perlu menunggu menikah untuk menutup
aurat, karena belum tentu jodoh mendahului maut. Dan jangan pula menunda hijab
dengan dalih belum siap, karena mati tak pernah menunggu kita siap.
Sekian cuplikan kisah
yang mengiringi perjalan hijrah saya, semoga bisa menginspirasi. Niat baik tak
selalu diiringi dengan senyuman, terkadang tangisan justru menjadi jembatan
menuju tawa bahagia.
Bandar Lampung, Selasa, 25 Oktober 2016
2 komentar:
Kisah haru wanita berhijrah,, Sangat menginspirasi bagi akhwat yg ingin hijrah,, ketahuilah merubah kebiasaan yg sudah melekat dihati sangatlah susah,, namun demi kebaikan serta ketulusan tuk merubah dri menjadi lebih baik sehingga hidayahpun turun menyentuh qolbu... Good 😊 terus berkarya melalui coretan tangannya semakin bnyk hidayah yg kan turun diqolbu wanita2 yg membacanya...
Semoga, selalu berharap agar tulisan ini membawa kebaikan dan mampu membawa pembaca larut dalam untaian tiap bait katanya. Allahuma Aamiin, semoga selalu menginspirasi..
Posting Komentar