Rabu, 21 Maret 2018


Assalamu’alaikum Rindu
by Pipit Era Martina

Pagi yang berselimut embun serta sore yang bercumbu dengan senja membuatku bertanya akan seucap kata ‘rindu’. Bolehkah aku menyapanya? Bolehkah aku mendekat dan memeluknya erat? Di antara hujan yang terus membasahi dedaunan, aku kian meratap. Melukiskan kerinduan dalam angan, hingga mencoba menyemayamkannya dalam pelukan. Ahh, sebuah kata yang memaksaku dewasa.

          Pagiku selalu sama, disambut embun yang seolah menari bersama bunga yang bermekaran, yang seakan menertawai harapku. Terkadang aku malu pada belaian embun, seakan kudengar embun berkata kencang “mengapa masih kau genggam rindu tanpa ungkapan? Bangunlah manis, rindumu kan segera datang”.

          Bolehkah aku berbicara pada angin dan menitipkan rindu? Bolehkah aku terbang bersamanya dan memeluk rindu? Hingga jiwa tak lagi berkecamuk memperolok rindu yang tak kunjung temu harapku. Sungguh meluluhkan hati, mengukir rindu dalam lembar qalbu dan mencoretkan ribuan kata yang tak kunjung terpecahkan.

          Seperti barisan kata sederhana namun penuh makna, ya itulah rindu. Yang berhasil mencumbu qalbu dengan beribu rayuan semu, menutup mata dan telinga serta mebutakan jejak. Namun sayang, rindu yang ku teriakan kencang hanya melengking keras di telingaku.






           Assalamu’alaikum rindu, selamat datang di perhentian hati yang terkunci. Membuatmu tertahan lama disini. Namun lengking suaraku nyatanya tak kuasa mengolesmu dalam tutur kataku. Rindu, izinkan aku memenjarakanmu dalam genggaman jemari, hingga tiba waktunya  bayang anganku tak lagi semu.


          Sepenggal rindu terkadang membuatku tersipu. Bagaimana bisa rindu yang tak pernah kutemui mampu menggema kuat dalam degup jantungku? Seakan meruntuhkan pertahan nadiku. Ahh, rasanya ingin menenggelamkan wajah pada hujan agar tak ada yang tahu bahwa rindu ini nyaris menguasaiku.

          Cukup aku dan hatiku yang tahu betapa aku merasa rindu ini kian hebat berakrobat. Rindu yang selalu meraung-raung nyatanya hanya nyaring di telingaku saja. Rindu macam apa ini? Hatiku terus memaksa menggambarkanmu nyata, namun jemari masih saja bertekuk pada bayangmu.

          Rindu, bolehkah kau tampakkan wujudmu? Sekali saja, setidaknya membuyarkan pikir tentangmu yang semu. Rindu, Ajak aku berbincang sekali saja, biarkan aku tahu bahwa kamu pantas merobohkan hatiku. Rindu, izinkan aku memelukmu sedetik saja, agar gema jantungku mereda dan percaya bahwa kamu pantas menyita anganku. Rindu, bisakah kau jelaskan mengapa kamu hanya hidup dalam kotak khayalku? Tak bisakah kau menjelma dan mebuatku bahagia?

          Assalamu’alaikum rindu, meski terngiang semu aku sungguh ingin menyapamu. Entahlah, aku masih saja merindumu meski tahu kau hanya imajinasi belaka. Bisakah aku bercerai dengan kata rindu? Sulit bukan? baiklah, kan kubiarkan saja rindu ini terus menggebu hingga tiba saatnya rindu ini benar-benar bermuara dalam lautan cinta. Bukan hanya diksi yang menyelimuti imajinasi dan bukan hanya khayal tak bermoral.

Kataku tak’kan pernah habis untuk menceritakanmu dan lidahku kan terus berlaju memujimu. Dengan segenap imajinasi aku menunggumu duhai rindu, menunggu dekap nyatamu dalam hidupku dan menunggu sapamu yang mempesona.

Malang, Selasa 21 Maret 2018

8 komentar:

Syahdan mengatakan...

Aku suka tulisannya terbuay dalam setiap bait tulisannya... Hehe
Kata2nya mudah dipahami meski ada beberapa bait kalimat yg sulit dicerna oleh pembaca namun pasa intisarinya dapet... Teruslah bergerak berkarya dalam imajinasi kemampuan yg dimiliki,, hehe teringat perkataan ulama الحركة بركة (alharokatu barokatun) bergerak adalah berkah... Karna keberkahan itu datang ketika ketika bergerak melakukan suatu tindakan yg mengarah kepada hal yg positif...
Aku menanti tulisan selanjutnya..
Jgn pernah berhenti jari tangannya tuk mencorat coret hoho... Menanti coretan tangan selanjutnya.... 😊

Pipit Era Martina mengatakan...

Asikk... Asikkk... maatcihhh, harap maklum kalau kata-katanya berhamburan alias amburadul. sekian lama nggk nulis ternyata mematikan diksi juga imajinas. thankyu for reading ;)

Unknown mengatakan...

Aduuuhhh kata2 nya bikin hati bergetar😍

Syahdan mengatakan...

Keren yea kata2 terima kasihnya seorg penulis trnyata beda yea.. Matcihhh hahaha yea yea yea imajinasi dan sastra bahasanya terlalu tinggi... Hohoo kidding but i like it...lama gk nulis jha tulisannya baguss gimana klau kesrringan yea hehe so tetap menunggu imajinasi selanjutnya hehe

Pipit Era Martina mengatakan...

Harus bedalah, dunia nyata sama dunia tulis. klo sama nanti gk seruu, kan gk lucu klo ngajak becanda pke bahasa tulisan. yg ad mlah di tinggal pegi, ahaaa. klo keseringan mlah tmbah gk nyambung deh agaknya.. hhhaa

Pipit Era Martina mengatakan...

ahhh dari kata2ku saja sudah bergetar, gmna dari kata2 si dia. huftt lgsg loncat ini agaknya. hhhhaaa

Unknown mengatakan...

Krik.krik kata rindu yang membuat rinduku akut mengingat kamar 5 haha mangats mbk ayoo nulis lagi make Indonesia read again 😍

Pipit Era Martina mengatakan...

uhhh itulah sebabnya aku terbngkan kata rindu.. semangattt, ayo dong bantu aku carikan judul, sdah lama gk nulis bikin otak mati diksi terlebih dengan tema remaja.. hufttt