Sabtu, 31 Maret 2018


Terjebak Cinta Sendiri
by Pipit Era Martina

Hey cinta, coba dengarkan kicauan burung itu, tidakkah kau dengar ia mendendangkan syair kerinduan?  Mengepakkan sayap hingga ke awan, melihatkan pada dunia bahwa ia cukup bahagia bersama senja. Tidakkah kau tahu bahwa aku malu? Malu pada senja yang sedari tadi menatap pilu. Mencaci ku dengan sinarnya, seakan tahu pasti disini aku tengah dilanda rindu.


Aku merindu tanpa kau tahu, aku mencinta tanpa kata, seolah cinta tak sudi dimiliki bersama. Timbul beribu tanya dalam dada, akankah cintaku bermuara? Melibatkan hati bukanlah mauku, menciptakan cinta, aku bukanlah ahlinya. Namun pada kenyatannya aku terjebak dalam lingkaran semu bernama cinta.

Bisakah kamu memandang bintang berkedip di malam hari? Tidakkah kamu lihat ia bersinar bersamaan? Jejakmu menjadi benderang karena cahayanya bukan? Dan tatapmu menjadi tak buram karena senyum darinya. Sedang aku? Disini meraba jejak cintamu yang tak kunjung kudapati. Benarkah hanya sendiri? Mencumbu bayangmu yang semu dan menafsirkan rasamu. Menyebalkan bukan?

Kamu tahu apa yang paling aku takutkan? Mencintamu dalam diam tanpa balasan, merasa aman denganmu namun tak kau hiraukan dan melabuhkan rasa namun tak pernah kau anggap nyata. Ohh Tuhan, inikah yang dinamakan cinta? Merasa mencinta namun tak dicinta, merasa rindu namun tak dirindu, merasa memiliki namun dianggap tak berarti.

Sapaan senja di sore hari mampu membius naluri, meremas rasa dengan hembusan pancarnya. Membuat detak sejenak menebak, mungkin hati begitu lemah tak bernadi hingga mudah terjatuh dalam lubang emosi. Kau tahu? Kini hariku serasa tak berarti, bunga-bunga emosi menguasai diri, hanya denganmulah ketenangan ini mampu kudapati. Tidakkah kau sadari?

Lubang cemburu ini kian menjadi, hingga tak sanggup kuatasi lagi. Namun apa daya, nadikupun tak sudi lagi membantu hati ‘tuk mengontrol imajinasi. Dapatkah kau pertanggung jawabkan semua ini? Sedang bayangmu selalu hadir tanpa kupinta dan kata-katamu kian menggema di pelataran telingaku. Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan?

Ketika hujan tak lagi menyejukkan, baru kusadari ternyata hatiku telah mati terpatri oleh bayang-bayangmu.  Ketika embun tak lagi membasahi baru kutahu cintamu tak pernah nyata untuk ku. Terjebak dalam cinta sendiri cukup menyadarkan hati, bahwa cinta tak bisa sendiri. Kini, kupasrahkan diri, semoga suatu hari kau mengerti betapa aku mencinta belai kasihmu.

Malang, 31 Maret 2018

Tidak ada komentar: