Terjebak Cinta Sendiri
by
Pipit Era Martina
Hey cinta, coba dengarkan kicauan burung itu, tidakkah kau
dengar ia mendendangkan syair kerinduan?
Mengepakkan sayap hingga ke awan, melihatkan pada dunia bahwa ia cukup
bahagia bersama senja. Tidakkah kau tahu bahwa aku malu? Malu pada senja yang
sedari tadi menatap pilu. Mencaci ku dengan sinarnya, seakan tahu pasti disini
aku tengah dilanda rindu.
Aku merindu tanpa kau tahu, aku mencinta tanpa kata, seolah
cinta tak sudi dimiliki bersama. Timbul beribu tanya dalam dada, akankah
cintaku bermuara? Melibatkan hati bukanlah mauku, menciptakan cinta, aku
bukanlah ahlinya. Namun pada kenyatannya aku terjebak dalam lingkaran semu
bernama cinta.
Bisakah kamu memandang bintang berkedip di malam hari?
Tidakkah kamu lihat ia bersinar bersamaan? Jejakmu menjadi benderang karena cahayanya
bukan? Dan tatapmu menjadi tak buram karena senyum darinya. Sedang aku? Disini
meraba jejak cintamu yang tak kunjung kudapati. Benarkah hanya sendiri?
Mencumbu bayangmu yang semu dan menafsirkan rasamu. Menyebalkan bukan?
Kamu tahu apa yang paling aku takutkan? Mencintamu dalam diam
tanpa balasan, merasa aman denganmu namun tak kau hiraukan dan melabuhkan rasa
namun tak pernah kau anggap nyata. Ohh Tuhan, inikah yang dinamakan cinta?
Merasa mencinta namun tak dicinta, merasa rindu namun tak dirindu, merasa
memiliki namun dianggap tak berarti.
Sapaan senja di sore hari mampu membius naluri, meremas rasa
dengan hembusan pancarnya. Membuat detak sejenak menebak, mungkin hati begitu
lemah tak bernadi hingga mudah terjatuh dalam lubang emosi. Kau tahu? Kini
hariku serasa tak berarti, bunga-bunga emosi menguasai diri, hanya denganmulah
ketenangan ini mampu kudapati. Tidakkah kau sadari?
Lubang cemburu ini kian menjadi, hingga tak sanggup kuatasi
lagi. Namun apa daya, nadikupun tak sudi lagi membantu hati ‘tuk mengontrol
imajinasi. Dapatkah kau pertanggung jawabkan semua ini? Sedang bayangmu selalu
hadir tanpa kupinta dan kata-katamu kian menggema di pelataran telingaku. Oh
Tuhan, apa yang harus kulakukan?
Ketika hujan tak lagi menyejukkan, baru kusadari ternyata
hatiku telah mati terpatri oleh bayang-bayangmu. Ketika embun tak lagi membasahi baru kutahu
cintamu tak pernah nyata untuk ku. Terjebak dalam cinta sendiri cukup menyadarkan
hati, bahwa cinta tak bisa sendiri. Kini, kupasrahkan diri, semoga suatu hari
kau mengerti betapa aku mencinta belai kasihmu.
Malang, 31 Maret 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar