By : Pipit Era Martina
Lembutnya hujan yang membelai dedaunan, nyatanya tak pula
sampai pada hati yang berserakan akan rasa yang berkerumun mencekik akal.
Teriknya mataharipun tak mampu melelehkan pola cerita luka yang kubawa, akankah
bersemi hingga pagi tak lagi bernyanyi? Kupu-kupu yang mengepakkan sayap dengan
bebasnya membuatku cemburu, dengan cantiknya menghampiri bunga mekar di bawah
rindang kesejukan. Tatap cantik langit kian membuat hati meratap, menatap jauh
tak beratap, akankah berujung taat pada satu yang terikat?
Yahhh, semua semu berselimut kelabu tak menentu, membuat
langkah kian meragu akan terangnya mentari. Bagai pelangi terbit ditengah
terik, kemustahilan mencumbu pikiran dengan nikmatnya. Membayang menari diatas altar kebahagiaan
seolah hanya khayalan tanpa pembuktian, berjuta tanya memenuhi ruang jiwa, akankah
mentari hadir dalam hati untuk saat ini?
Dan seketika Allah merubah semua jalur pemikiran, menarik
hati, meluncurkan simpati pada diri sendiri, mencoba tunjukkan bahwa dunia
memihak. Menciptakan mentari ditengah kebisingan hati, meletakkan mutiara pada
jiwa yang sempat terluka, terbawa arus tak bernyawa. Tak terkira, kemustahilan
itu terpampang nyata didepan mata, keinginan yang seolah tak mungkin, terwujud
apik disini, Kediri. Banyak cerita hanya untuk singgah di kota yang jauh dari
tatapan mata, melampaui tapak airmata, menjelajah jejak tawa hingga pada
akhirnya kaki berpijak disini, Kediri.
Mentari yang bersinar ketika hujan membasahi menjadikan luka
seketika tertutup, membuang rasa kecewa, memberikan kebebasan pada dunia untuk
mengantarku pada bahagia yang nyata. Mengajarkan ilmu bahwa mentari pasti kan
terbit, tanpa diminta, disaat kita berada pada titik putus asa atau pada saat
bahagia menguasai raga. Percaya akan satu hal, embun yang senantiasa
menyejukkan tak kan pernah melukai daun, begitupun dunia yang mempesona takkan
membiarkan penghuni terluka karenanya. Meski seringkali hujan merusak
pepohonan, namun bumi tak pernah menyerah untuk membuatnya kembali berdiri
dengan pernak pernik cintanya. Dan sesering apapun kita mengeluh, mentari tak
pernah luput dari kehadirannya, merubah luka menjadi tawa dan merubah airmata
duka dengan cinta yang tak biasa.
Tapak singkat yang menjejak di Kediri, berhasil ciptakan
generasi baru dalam diri, membungkus apik goresan hati yang tersakiti dan
merubah hati kembali suci. Kudapati titik mentari di Kediri, bersahut cahaya di
tiap senja, menyemarakkan cinta di tiap harinya dan menebarkan kasih di sejarah
waktunya. Kini, rembulan bukan hanya sebagai penerang jejak akan tetapi menjadi
pencahaya di tiap sudut ruang. Kemerlip bintang menjadi saksi, kediri ialah
kota yang menjadikan hati kembali tersinari, menetapkan diri pada cinta Illahi
yang haqiqi. Dan matahari sampaikan senyum bahagia, ketika jemari tak lagi
berdusta menyuarakan Asma-NYA di tiap detik yang terlewat. Hingga malampun
memeluk dengan hangat, seakan menyemarakkan cinta yang terbalut indah bersama
takdir cerita Hijrah.
Kota terkenang, Kediri...⧪⧪⧪⧪৻⧪
3 komentar:
Maa syaa ALLAAH... Kata2nya rekk... Mentari mentari yg kini menari nari
Maa syaa ALLAAH... Kata2nya rekk... Mentari mentari yg kini menari nari
HHHheeee iya kak, bagaimana menurut kakak?
Posting Komentar